WHAT'S NEW?
Loading...

Gambar Viral di Media Sosial Cendrung Hoax, Bagaimana Menyikapinya?| Bloggout

Medianers ~ Di zaman digital ini, baik di forum diskusi online, di beranda media sosial, dan di jejaring pertemanan lainnya sulit sekali mendapatkan informasi yang edukatif, inspiratif dan bermanfaat. Kecendrungan, banyak informasi "sampah" yang di share dan jadi pembahasan viral.

Acap penulis melihat berita atau gambar seseorang berlumuran darah tanpa sensor misalnya, demi mendapatkan like dan kata "Amin." Atau menyebarkan fitnah serta memperolok-olok seseorang, baik tokoh, pemimpin maupun figur publik melalui akun abal-abal.

Nyaris tiap detik, di media sosial, kita disuguhkan fakta sampah yang nir terdapat nilai edukasi. Manakala nir hati-hati memfiltrasi, jiwa dan pikiran bisa jadi rusak. Dan, emosi pun jadi nir stabil. Penyaringan fakta di media umum dibebankan dalam masing individu.

Di grup atau forum pun demikian, diskusinya cendrung bergunjing, tanpa solusi. Malahan hanya pamer pengetahuan dan wawasan. Betul, tidak terdapat permasalahan yang terselesaikan menggunakan diskusi, dan tidak ada pula kasus yang nir terselesaikan menggunakan didiskusikan. Tetapi diskusi yg bagaimana? Tentunya diskusi yg punya solusi dan tindak lanjut.

Entah, budaya apa yg sedang kita hadapi waktu ini?
Dahulu, seorang tokoh begitu sangat dihormati dan disegani. Bila ada kesalahan seorang tokoh, kharismanya tetap ada, tanpa di Bully. Sementara, di era media jalinan sosial ini, meme dan gambar sindiran merajalela. Siapa saja bebas membully, termasuk membully presiden, gubernur, bupati dan walikota, meskipun hanya sebuah isu politik tentang sang tokoh. Siapa saja yang dianggap telah bersalah ia akan menerima jatah. Apa lagi provokator, hebat pula membubui, maka lengkaplah kata-kata tidak pantas akan dilabeli pada oknum tokoh yang akan di Bully.

Budaya literasi seakan tertinggal oleh topik viral di media sosial. Orang-orang cendrung malas mencari pembanding, dan percaya saja dengan apa yang ditemui di berandanya serta melakukan reshare. Penulis bukan menuduh semuanya berprilaku demikian, tapi kecendrungan, hanya segelintir orang saja yang kritis menanggapi sebuah isu, tanpa mau digiring, sebelum mendapatkan data pembanding.

Coba perhatikan, berapa poly pada beranda media umum anda orang yang menginformasikan atau mengirim isu bersumber dari wikipedia atau berdasarkan media yg punya bukti diri kentara, dibanding informasi hoax menurut situs abal-abal yg hanya mengejar trafik? Ciri-ciri dari situs hoax merupakan melebih-lebihkan judul berdasarkan kenyataan, antara isi dan judul tidak sesuai. Kadang tanpa konfirmasi & nir berimbang pada memberikan informasi.

Era media sosial yang terus tumbuh subur ini, sangat kebablasan, siapa saja akan sulit menyaring, link hoax, meme nakal, dan gambar sampah lainnya. Karena semua orang bisa jadi pemilik akun di media, dan juga penerima informasi dari media yang sama. Memutuskan dan tidak menerima jalinan pertemanan bukanlah solusi. Penulis merindukan informasi bergizi, edukatif, memotivasi dan bisa menambah semangat kehidupan. Tapi, demikianlah fenomena kehidupan bila ada positif akan ada negatif, bila ada buruk akan ada bagus. Tergantung kita pengguna, sesungguhnya media tidak salah, yang salah adalah pengguna yang tidak bijaksana. Ya, idealnya sikapi setiap informasi yang ada di jalinan pertemanan anda dengan bijaksana.(AntonWijaya)

0 comments:

Post a Comment

close
Banner iklan disini