WHAT'S NEW?
Loading...

Konsep Komunikasi Efektif Diruangan Rawat Inap| Bloggout

Hal ini ditimbulkan penyakit kronis biasanya menaruh imbas fisik & kejiwaan serta imbas sosial kepada penderitanya. Pasien seperti ini, kesabaran dari petugas rumah sakit sangat dibutuhkan, khususnya dalam aplikasi komunikasi efektif.

1. Konseling di Tempat Tidur

Konseling pada tempat tidur (bedside conseling) dilakukan terhadap pasien rawat inap yang belum bisa atau masih sulit meninggalkan tempat tidurnya & wajib terus berbaring. Dalam hal ini, perawat yang sebagai konselor harus mendatangi setiap pasien, duduk pada samping loka tidur pasien tersebut & melakukan pelayanan konseling.

Hendaknya, pada melakukan konseling pada tempat tidur, konselor membawa alat peraga dan bila memungkinkan dapat membawa VCD/DVD yg berisi fakta tentang penyakit pasien tadi.

2. Konseling Berkelompok

Pasien yang dapat meninggalkan loka tidurnya, bisa dilakukan konseling secara berkelompok. Untuk itu, di ruang perawatan wajib disediakan suatu tempat atau ruangan buat berkumpul. Konseling berkelompok ini selain buat menaikkan pengetahuan dan mengganti perilaku & perilaku pasien, pula menjadi wahana komunikasi yang berfungsi menjadi pengenalan kepada pasien.

Untuk konseling berkelompok sebaiknya dipakai alat peraga atau media komunikasi misalnya flipchart, poster, standing banner, laptop dan LCD buat menayangkan gambar atau film. Pertanyaanya, sudahkah tempat tinggal sakit menyediakan fasilitas ini? Jika belum ini dulu dibenahi.

Lingkungan yang berpengaruh akbar terhadap pasien rawat inap adalah para penjenguk (pembesuk)

Agar para penjenguk tertib, bisa disediakan ruang tunggu yang dilengkapi menggunakan poster & leaflet mengenai pendidikan kesehatan secara perdeo atau televisi yg menayangakan aneka macam pesan kesehatan menurut VCD/DVD player, sebagai akibatnya diperlukan para penjenguk memperoleh liputan yang nantinya dapat disampaikan kepada pasien yg akan dibesuknya.

Komunikasi efektif waktu menaruh edukasi terkait syarat kesehatan pasien & prosesnya?

Tahap asesmen pasien : Sebelum melakukan edukasi, petugas menilai dulu kebutuhan edukasi pasien dan famili dari: (data ini didapatkan dari RM) mengenai:

  • Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga.
  • Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan.
  • Hambatan emosional dan motivasi. (emosional: depresi, senang dan marah)
  • Keterbatasan fisik dan kognitif.
  • Ketersediaan pasien untuk menerima informasi.
  • Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka proses komunikasinya mudah disampaikan.
  • Jika pada tahap asesmen pasien di temukan hambatan fisik (tuna rungu dan tuna wicara), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan leaflet kepada pasien dan keluarga sekandung (istri, anak, ayah, ibu, atau saudara sekandung lainnya) dan menjelaskannya kepada mereka.
  • Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien (pasien marah atau depresi), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan materi edukasi dan menyarankan pasien membaca leaflet. Apabila pasien tidak mengerti materi edukasi, pasien bisa menghubungi medical information.
  • Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, kondisi pasien baik dan senang, maka verifikasi yang dilakukan adalah: menanyakan kembali eduksi yang telah diberikan. Pertanyaannya adalah: “ Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira apa yang bpk/ibu bisa pelajari ?”
  • Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, pasiennya mengalami hambatan fisik, maka verifikasinya adalah dengan pihak keluarganya dengan pertanyaan yang sama: “Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira apa yang bpk/ibu bisa pelajari ?”
  • Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada hambatan emosional (marah atau depresi), maka verifikasinya adalah dengan tanyakan kembali sejauh mana pasiennya mengerti tentang materi edukasi yang diberikan dan pahami. Proses pertanyaan ini bisa via telepon atau datang langsung ke kamar pasien setelah pasien tenang.

Setiap petugas kesehatan menaruh keterangan & edukasi pasien, wajib buat mengisi formulir edukasi dan informsi, & ditandatangani ke 2 belah pihak antara dokter dan pasien atau keluarga pasien. Hal ini dilakukan menjadi bukti bahwa pasien dan famili pasien sudah diberikan edukasi & warta yang sahih.

Contoh formulir hadiah edukasi

0 comments:

Post a Comment

close
Banner iklan disini