WHAT'S NEW?
Loading...

Cara Mendidik Anak Agar Tertib Berbicara (Komunikasi Efektif)| Bloggout

Medianers ~ Barangkali selaku orang tua, mungkin anda pernah mengalami, disaat akan berbicara dengan tamu atau dengan orang lain, anak juga ingin berbicara dengan anda, untuk mengalihkan pembicaraan agar ayah atau ibunya tidak berbicara dengan tamu. Setiap akan melanjutkan pembicaraan dengan orang lain, anak kembali berulah yang bisa membuat anda jengkel.

Berbicara-pada-anak-agar-tertib
Ilustrasi

Pengalaman demikian pernah aku nikmati, kebetulan saya punya seorang putri berusia tiga,4 tahun. Saat aku berbicara berfokus dengan ibunya, oleh putri pula ingin mengajak aku 'ngomong' selayaknya, aku harus berbicara dengannya, bukan dengan ibunya. Apabila tidak dilayani beliau akan berisik, bernyanyi contohnya, atau ngomong keras tidak karuan supaya diperhatikan.

Ketika ayah atau mak sedang berbicara berfokus, anak merasa diabaikan, & ia akan menciptakan sesuatu buat merubah situasi supaya beliau diperhatikan. Namun, pada situasi penting, hal-hal berfokus yang akan dibicarakan, tentunya lebih primer menurut dalam sekedar melayani anak yg hanya ingin pada dengarkan, dipuji dan direspon kemauannya.

Atau ketika ada tamu, tentunya tamu adalah prioritas sebagai versus bicara, mau-tidak mau anak akan terabaikan pada hal perhatian berkomunikasi. Situasi demikian relatif pelik, banyak orang tua merogoh jalan pintas dengan cara mengancam & memarahi oleh anak, " eh, engkau bila masih ribut, akan ayah jewerdanquot; misalnya. Atau, " kamu bisa diam nir, nanti ibu nggak mau belikan es krim."

Dan, masih banyak kalimat negatif lainnya yang bisa diucapkan dalam anak buat menghentikan ad interim aktifitasnya yang menjengkelkan. Bahkan, orang tua terdapat yang tega melakukan tindakan kekerasan buat menghentikan prilaku anak yg dianggap menganggu tadi, seperti mencubit atau menjewer sampai anak menangis, tanda tidak menerima keadaan demikian.

Lalu bagaimana solusi yang baik, supaya anak bisa membisu saat kita berbicara menggunakan orang lain, tanpa mengancam, apalagi menyakitinya yg sanggup membuat mental dan prilakunya jadi tidak baik di lalu hari?

Pada suatu kesempatan saya & istri pernah ditanya buk umi, guru sekolah ( play class) putri kami. Pertanyaannya, " Ayah & ibu, hal apa yang kurang berkenaan dilakukan Areta pada tempat tinggal yg wajib buk umi ajarkan pada putri anda di sekolah?" Tutur buk umi pada kami.

" Oh ya buk, Areta senang sekali merogoh pembicaraan dan mengalihkan perhatian jika saya berbicara menggunakan ibundanya atau menggunakan tamu atau dengan orang lain." Keluh aku dalam buk umi. "Terus apa yg ayah lakukan jika mendapati hal demikian?" Tanya buk umi.

" Yah, pembicaraan serius aku menggunakan orang lain jadi terhenti, dan menanggapi harapan Areta, dan melayani beliau berbicara." Jawab aku . " Apakah ayah merasa terganggu?" Tanya buk umi lagi. " Iya buk umi, aku merasa terganggu, bahkan versus bicara aku pula kelihatan dongkol menggunakan situasi demikian." Ulas saya.

Buk Umi menaruh pemahaman terkait mengatasi masalah demikian. Ia pun menceritakan pengalamannya ketika mendidik Areta di sekolah. Suatu ketika juga pernah mengalami hal demikian. Saat buk umi berbicara menggunakan anak didik lain, Areta pula ikut berbicara, lalu buk umi bertindak sembari mengangkat tangan kanan sembari mengatakan, " Maaf Areta! Buk umi lagi berbicara menggunakan Aqil ( teman Areta). Apabila buk umi sudah terselesaikan berbicara menggunakan Aqil, nanti kita bahas ya apa yang ingin Areta sampaikan ya (sambil mengangguk dan menjatuhkan tangan)." Ungkap buk umi pada aku , dan mendemonstrasikan cara mengangkat tangan dan mengangguk.

Alhasil Areta diam dan tabah menunggu hingga buk umi selesai berbicara menggunakan Aqil. Setelah itu, buk umi lanjut menanya Areta, " Silahkan Areta, apa yang ingin disampaikan.", Ucap buk umi menirukan. Buk umi pun meminta aku dan istri mempraktekkan hal demikian juga di rumah. Karena di sekolah Areta mampu melakukannya, tanpa wajib diancam, apa lagi disakiti.

Buk Umi pun berpesan, jika aku dan istri ada tamu, atau akan berbicara dengan orang lain, maka beri tau dulu oleh anak, jelaskan padanya bahwa "ayah atau ibu akan kedatangan tamu, nanti ayah/ ibu akan membicarakan sesuatu yg krusial dengan tamu tadi, bila Areta ingin berbicara sesuatu mohon pada sampaikan sehabis ayah atau bunda selesai berbicara dengan tamu tersebut ya ( sampaikan hal demikian sembari menatap mata anak, sebaiknya posisi ketua ayah atau bunda sejajar menggunakan anak)."

Demikianlah, pesan buk umi cara mendidik anak di rumah agar tertib berbicara. Penulis, sengaja mengambil ilustrasi dari pengalaman pribadi, tanpa bermaksud apa-apa, hanya sebagai gambaran agar mudah dipahami dalam mendidik anak menjalin komunikasi efektif. Seperti biasa, jika bermanfaat, silahkan di share (AntonWijaya)

0 comments:

Post a Comment

close
Banner iklan disini