WHAT'S NEW?
Loading...

Mengenang Tragedi Gempa Dahsyat Sumatera Barat (Part 2)| Bloggout

Ia, berpendapat di depan kelas, "sebenarnya kekuatan G30S mencapai angka 9 SR (baca :Skala Richter). Saya dapatkan berita dari media luar negri,"pungkasnya.

Ia menambahkan, "bila pemerintah Indonesia mengumumkan G30S, lebih dari 8 SR, maka forum internasional dan forum asing non pemerintah bebas masuk tanpa biar . Sebab , sudah dipercaya bencana internasional, bukan lagi bala nasional. Seandainya global internasional bebas masuk tanpa biar . Maka pasca gempa, dikhawatirkan akan datang 'bala lain' pada Indonesiadanquot;.

Mengamati kenyataan dilapangan, saya kira opini pak Tasman terdapat betulnya. Namun, aku belum menemukan surat keterangan sahih tentang penetapan skala richter, yg dipercaya bencana nasional. Dan, berapa jua ukuran SR yang di anggap bala internasional?

Terlepas menurut opini di atas. Saya, dan tim kesehatan utusan RSUD dr Adnaan WD Payakumbuh menyaksikan pribadi peristiwa tragis G30S itu, dan sempat kerjasama menggunakan pihak RSUD Pariaman,ketika melakukan pertolongan.

Agar kami bisa memberikan pertolongan eksklusif dalam korban. Saat itu, yg kami perlukan izin pemakaian kamar operasi. Korban luka, patah tulang harus di debridement dan pada gips, serta traksi, secepat mungkin.

Izin pemakaian kamar operasi dibolehkan secara lisan oleh pihak IGD. Celakanya, kamar operasi terkunci, sedangkan kuncinya tidak ketemu. Petugas IGD, telah kehilangan logika mencari, dimana letak kunci tadi? Perawat IGD berusaha menelpon Kepala Ruangan (Karu) Kamar Operasi, akan tetapi beliau tidak bisa dihubungi.

Dokter Agus Supriadi nir tahan menunggu. Beliau, mengajak saya dan 3 teman lainnya menemui Direktur RSUD Pariaman. Kebetulan, rumah dinas direktur berada dalam lingkungan Rumah Sakit.

Pintu tempat tinggal direktur digedor oleh dr.Agus,& tidak terdapat yg menyahut. Arloji saya pertanda pukul 02.30 wib, udara dingin mulai menyusup kulit, niscaya lezat menarik selimut.

Gedoran semakin bertenaga, akhirnya kelihatan seorang perempuan keluar dari kamar, diintip menurut balik kaca, tubuhnya masih dibalut baju dinas rona gading. Pintu tempat tinggal dibukakan sang perempuan tadi, perkiraan saya ia berusia 45 tahun.

"Assallamuallaikum," ucap kami hampir bersamaan. "Maaf buk, menganggu istirahatnya,"ucap dr.Agus, selaku kepala tim.

Melihat beliau masih mengenakan seragam dinas, aku konfiden dia direktur RSUD Pariaman. Ketika dr.Agus mengucapkan salam. Ibu itu kelihatan kagok, sambil mengusap-usap mata, seraya merapikan rambut, dan menjawab salam, "nir apa-apa pak, terdapat yang mampu aku bantu?"

dr.Agus pun menjawabdanquot;,apakah bunda, direktur Rumah Sakit" Beliau balas, "iya, aku sendiri,ada apa?" Lalu, Dokter Agus memperkenalkan diri, menyebutkan maksud & tujuan, seraya memperkenalkan anggota tim.

Masih berdiri didepan pintu, sepertinya bunda direktur gampang mengetahui identitas kami, saya perhatikan ia melihat tulisan dan logo yg terdapat pada rompi yang kami pakai.

"Ibu ini lezat -enakan tidur yah, sementara anak buahnya basitungkin menolong korban. Apa ibu ini nir tanggap bala?" celetuk salah seorang sahabat aku , sambil berbisik-bisik.

Seolah mak itu mendengar bisikan. Lalu ia menyatakan, sangat senang menggunakan kehadiran kami. Padahal beliau sejak sanjo, (baca : senja, waktu gempa berlangsung) selalu mengawasi & terjun pribadi ke pelayanan, karena keletihan, sebagai terlelap diatas kursi,"kilahnya.

Tanpa basa-basi ketua tim, menyampaikan,"kami mau meminjam kamar operasi, obat-obatan dan indera operasi kami terdapat, tapi kunci kamar operasi nir terdapat, apakah kami mampu menggunakan kamar operasi RSUD ini," harap dr.Agus.

Menanggapi keluhan kami, Ibu direktur memanggil keliru seseorang staffnya buat menjemput Kepala ruangan Kamar Operasi & Kabid Keperawatan kerumah mereka masing-masing.

Singkat cerita, para staff direktur kalang-kabut mencari kunci. Ehh !Ternyata kuncinya tergantung pada dinding IGD dan dinding itu tertutup oleh pintu, sehingga kunci tidak kelihatan. Mungkin, akibat berdasarkan kepanikan, segala sesuatunya sebagai tak terkendali.

Pukul 03.30 wib, (10/09/2009), kami baru mampu masuk kamar operasi. Seluruh alat-alat, logistik & obat-obatan diturunkan. Dokter Harry, menyeleksi & memprioritaskan mana pasien yang harus didahulukan. Sementara, Saya, dr.Agus, Bismar dan Novera Akmal, menyiapkan segala sesuatunya pada kamar, indikasi tindakan pembedahan segera kami mulai.

Teman aku kelihatan pucat, dengan kondisi demikian.Yah, siapa saja niscaya cemas.

Telepon paralel antar ruangan, dari tersebut mengeluarkan bunyi, kring kriiiiing. Awalnya dibiarkan, lantaran keseringan, maka diangkatlah gagangnya sang Kepala ruangan (Karu). Kemudian, dia terlihat membicaraan sesuatu berfokus. Sementara, kami permanen melakukan operasi.

Selesai melakukan pembicaraan lewat telpon. Karu menghampiri kami. Ia mengungkapkan dalam dr.Agus," pak! Ada pasien emergency kehamilan. Saat ini, mengalami perdarahan hebat, menggunakan diagnosa Plasenta Previa. Bidan nir bisa lagi menolong, ini wajib ditindak sang dokter pakar kebidanan. Sementara, dokter ahli kebidanan kami sedang berada di Padang, lantaran keluarganya pula tertimpa musibah gempa. Apakah bapak sanggup menolong," demikian Karu membicarakan dengan nada sesak.

Pembaca yang budiman,sebagaimana di postingan sebelumnya, Mengenang tragedi gempa dahsyat di Sumatera Barat (Part 1), bahwa, merujuk tidak bisa lagi dilakukan, ke Padang. Jelas kota Padang juga lumpuh. Ke Lubuk Basung? juga mengalami hal yang hampir serupa dengan RSUD Pariaman.

Satu-satunya yg wajar adalah ke Bukittinggi. Seandainya dirujuk ke Bukittinggi, menggunakan jarak tempuh sekitar 100 km. Sangat mengandung resiko tinggi pada perjalanan.

Plasentanya menghambat jalan lahir (pintu), apabila dipaksakan lahir normal, maka plasenta kemungkinan pecah, bunda kehilangan darah, berpotensi dua nyawa tidak sanggup diselamatkan.

Lantas, apakah dokter bedah umum mau dan mampu melakukan Sectio Caesaria ( mengeluarkan bayi lewat dinding perut) ? sebagaimana kita ketahui, bahwa tindakan Sectio Caesaria, bukan kompetensi dokter bedah umum. Anda penasaran? Silahkan baca di "Apakah dokter bedah umum bisa melakukan tindakan Sectio Caesaria (SC)?" (Nurman)

0 comments:

Post a Comment

close
Banner iklan disini