WHAT'S NEW?
Loading...

Mengenang Tragedi Gempa Dahsyat di Sumatera Barat (Part 1)| Bloggout

Medianers ~ Memasuki wilayah perbatasan, antara Kabupaten Agam dengan Kabupaten Padang Pariaman, aku melihat badan jalan yang dibaluti aspal mengalami keretakan dibeberapa titik. Begitu jua pondasi jembatan, lari berdasarkan kedudukan awal. Mobil yang melewati, dipastikan akan mengalami hentakan. Situasi yg demikian, nir saya temukan pada jalan Bukittinggi- Maninjau.

Setelah melewati pasar Tiku, bulu tangan aku merinding. Suasana terasa senyap. Lampu padam. Sulit memandang apa yang sudah dialami masyarakat sepanjang jalan. Sekilas kena cahaya lampu kendaraan beroda empat, terlihat samar-samar beberapa bangunan roboh. Ambulance yang saya tumpangi terus melaju melewati Kecamatan Gasan Gadang, Kabupaten Padang Pariaman.

Diatas Ambulance. Kami berdiskusi buat memilih dimana tempat strategis memberi pertolongan? Selesainya mengungkapkan pendapat masing-masing. Akhirnya, kami setuju dengan pendapat ketua tim, dr.Agus Supriadi, ia mengungkapkan, "apapun yg kita lihat disepanjang bepergian, kita nir usah berhenti. Ingat! Ini bukan wisata bencana. Pasti korban yg ada di RSUD Pariaman lebih membutuhkan pertolongan. Untuk itu, kita wajib bergegas kesana,"ajaknya.

Arloji aku menandakan pukul 00.30 wib. Jembatan yg dilewati, terlihat beberapa orang pemuda, mereka memberi aba-aba supaya hati-hati melewati jembatan. Disaat itulah, kesempatan bertanya, "apakah poly korban rakyat sekitar sini Ajo," tanya dr.Agus. Salah satu diantara mereka menjawab, "banyak pak, korban yg terkena runtuhan bangunan, dilarikan ke Puskesmas terdekat & ke Rumah Sakit Umum," jawabnya.

Fakta itulah, yang menciptakan kami yakin buat melaju ke RSUD Pariaman. Selain itu, Tim yang di utus sang RSUD dr Adnaan WD, loka saya bekerja, adalah Tim bedah. Sebut saja, dokter Agus, beliau spesialis bedah generik, terdapat pula dokter Harry, dia dokter generik khusus bala. Ada Bismar, dia Perawat senior, mahir operasi. Ada Novera Akmal, dia Perawat ahli Anestesi. Dan ada aku , jua Perawat Kamar operasi. Tanpa terdapat ahli pengemudi, tentunya kami tidak bisa menuju Kota Pariaman. Untuk itu, atas perintah 'emergency' dr. Yunier Salim, MARS, direktur RSUD dr Adnaan WD, maka Hanujar ditunjuk sebagai 'pilot' Ambulance yg mengantarkan kami.

Jelang pasar Sungai Limau, aku menatap simpang ke Sungai-Geringging berdasarkan pulang kaca mobil. Doa pada hati, "ya Allah, berilah keselamatan famili saya, yang ada pada atas bukit sana," lirih memang, kerongkongan ini seakan tercekat, sambil melihat simpang itu sampai hilang berdasarkan pandangan. Ingin cita rasanya, mengajak anggota tim buat membelokan mobil melaju Sungai Geringging. Apa daya, aku telah berkomitmen sebelum berangkat, buat melakukan pertolongan pada rakyat, bukan buat membawa tim menolong keluarga.

Sebelum berangkat menurut Payakumbuh, aku bisa informasi berdasarkan ponakan yg tinggal di Ujung Batu, Riau. Bahwa, famili di Sungai Geringging baik-baik saja, hanya rumah yang rusak, ad interim korban luka/nyawa nir ada. Keponakan saya berhasil menjalin komunikasi sesaat setelah gempa dahsyat 7,9 SR. Sedangkan saya gagal menjalin komunikasi lewat telpon. Pernyataan eksklusif berdasarkan Amak, Abak & dunsanak di Sungai geringging tidak aku dapatkan. Seharusnya, saya mengunjungi buat memastikan keadaan sebenarnya. Akan tetapi, demi tugas, terpaksa aku abaikan.

Tidak lama berselang, oto ambulance kami memasuki pelataran parkir RSUD Pariaman, berpas-pasan dengan kendaraan beroda empat ambulance RSAM Bukittinggi. Tim Kesehatan dari RSAM hanya 2 orang, salah satu antara lain aku kenali, beliau Perawat anestesi, dipanggil "Pratapdanquot; sang Novera Akmal. Target donasi mereka merupakan menjemput dan membawa korban gempa buat dibawa ke RSAM. Sedangkan kami, membawa obat-obatan & instrumen, mampu operasi darurat, kecuali mesin anestesi, meja dan kamar operasi tidak bisa kami bawa.

Saya lihat mobil pick up, menurunkan dua orang pasien penuh luka. Bergegas, kami menuju IGD. "Astagfirullah al adzimdanquot;, terdapat yg meraung-raung kesakitan. Pasien berserakan, hingga ditidurkan dilantai, karena bed (loka tidur) dan brankar terisi penuh oleh pasien korban bencana lainnya. Petugas IGD kalang-kabut memasang infus, membidai patah tulang, menjahit luka, bercak darahpun berserakan dilantai, se-isi IGD tercium aroma anyir. Sungguh menakutkan.

Rasanya hati ini bagaikan disayat sembilu, ketika melihat nenek & seseorang bocah kepalanya ditutup menggunakan sarung bantal tergeletak di samping pintu. Tidak ada yang bisa disalahkan. Satu jam pasca gempa, tidak henti-hentinya pasien berdatangan. Begitu jua mayat, akibatnya kamar mayat over load.

Saya perhatikan, dokter jaga IGD RSUD Pariaman bibirnya pucat, pelupuk mata gelap, kentara sekali, Ia kelelahan. Seorang Perawat pria rambutnya tidak terurus, mondar-mandir, kesana-kemari, menyuntik pasien yg ini, menolong yang itu. Dia sempat menghadiahi saya senyuman, karena pernah ketemu & berkenalan pada Padang, namun aku lupa nama dia.

Empat orang petugas IGD aku amati, baju putih mereka lusuh dan kotor. Perkiraan saya, mereka bekerja sejak siang, mereka bukan shift malam. Berhubung petugas dinas malam nir datang (prediksi), maka mereka harus menunda kelelahan buat menolong setiap pasien yang datang.

"Petugas malam yang nir tiba, tidak sanggup disalahkan jika tak masuk dinas, bisa jadi mereka tertimpa musibah jua di tempat tinggal ," istilah salah seseorang petugas IGD.

Petugas IGD tadi menambahkan, bahwa," dibelakang, pada bangsal bedah, juga sudah sesak ditempati oleh pasien luka-luka dan patah tulang, mereka belum menerima tindakan aporisma. Seperti, debridement luka & pasang gips. Karena, dokter bedah kami sedang berada pada luar kota," ujarnya.

Kemudian, masih petugas yang sama, yang tidak saya tanyai namanya siapa, menjelaskan,"kami tidak bisa merujuk korban ke Padang, karena bangunan RSUP M Djamil Padang pun ambruk, serta korban yang akan ditolong disana bejibun. Begitu juga Rumah Sakit lainnya di Padang, dikhawatirkan tidak lagi mampu menampung pasien." (Catatan bersambung ke Mengenang tragedi gempa dahsyat Sumatera Barat Part 2(Nurman)

0 comments:

Post a Comment

close
Banner iklan disini