WHAT'S NEW?
Loading...

September 2002, Kuliah di Akper Pemkab Pariaman| Bloggout

Aku tidak kecewa, pula nir bahagia dengan output ini. Lantaran, jurusan Keperawatan bukan pilihanku. Aku ingin memoleskan aneka rona pada atas kampas. Ingin sekali meliuk-liukan kuas sesuai aliran khayalan, agar tebentuk rona tak berbentuk nan indah.

Seni lukis merupakan cita-citaku. Buku catatan ketika sekolah, saya hiasi dengan tabrakan. Teman sekelasku malahan berterima kasih tatkala bajunya di gambari dengan tinta.

Aku tak kuasa menolak impian Uda (saudara laki-laki no 4). Ia meminta agar saya mengikuti tes di Akper Pemkab Pariaman. Jika saya lulus, ia yg akan membiayai, termasuk porto hidup selama kuliah. Uda punya alasan sempurna menurutnya, bahwa jadi Perawat, merupakan pilihan terbaik untukku. Mengingat, usang pendidikan hanya tiga tahun. Selepas itu, peluang jadi PNS terbuka lebar. Niat Uda jua dikompori sang mitra dagangnya, Bidan desa, Mantri dan Dokter Puskesmas yang sering beli obat di Toko Obat yg beliau kelola.

Keinginan Uda, saya laksanakan menggunakan ogah-ogahan. Aku tidak punya persiapan menghadapi ujian. Agar aku lebih berpeluang menghadapi serangkain tes, 1 minggu menjelang ujian, Uda memberikan modul ujian masuk perguruan tinggi, modul itu ia dapatkan berdasarkan temannya.

Sayangnya, bisnis Uda, saya sia-siakan. Ketika mendengar warta aku tidak lulus, Uda sangat kecewa. Namun, ia masih berharap saya sanggup kuliah pada jurusan Keperawatan.

? Aku berminat kuliah pada jurusan seni rupa, ingin jadi pelukis populer suatu hari nanti.? Uda hanya diam mendengar niatku. Dalam membisu, sepupuku menyampaikan, ? Kuliah di jurusan seni rupa supaya jadi pelukis terkenal, prospeknya mengagumkan. Tapi, masa depanmu suram.? Sepertinya cita-citaku kurang bisa dukungan.

Lalu kutanyakan, “ Kenapa bisa begitu?”  Sepupuku menjawab. “ Coba perhatikan karya Leonardo Da Vinci, yang terkenal dengan lukisan Monalisa, baguskan? Harga lukisan aslinya sangat mahal. Tidak mudah mengoleksi lukisan itu. Sayang sekali, lukisan yang mahal itu, uangnya tidak bisa dinikmati oleh pelukisnya. Karena, beliau telah meninggal. Jika kamu ingin jadi pelukis, walaupun karyamu bagus, tidak bisa dinikmati, sebab lukisan itu akan bernilai, apa bila pembuatnya telah wafat, dan karyamu akan di museumkan.”

Uda pun menyetujui ocehan sepupuku. Aku tersudut, nir berkutik, & nir mampu berargumentasi, memperjuangkan impian. Aku jua nir sanggup meminta donasi Amak, karena Amak tidak mengerti menggunakan global pendidikan. Amak tidak tamat SD, dia hanya ingin anaknya melanjutkan sekolah dengan tinggi mungkin. Tapi, segala bentuk upaya beliau serahkan dalam Uda.

Abak, pula demikian, di usianya yg sudah renta, tidak lagi mengerti pilihan mengagumkan untukku, segala usaha famili, & memimpin famili beliau serahkan dalam Uda.

Satu minggu berlalu, keponakanku yg sudah menjalani perkuliahan selama 2 semester pada Akper Pemkab Pariaman, pergi ke Sungai-Geringging buat menemui kami (Uda dan Aku). Ia membawa keterangan dari pihak kampus, bahwa ?Salah satu berdasarkan 50 orang yg lulus, sudah mengundurkan diri 1 orang.? Apa alasan pengunduran diri nir dijelaskan.

Berita itu, tentu membuat hangat hati Uda, ternyata peluang belum pupus. Kesempatan lain nihil, menunggu tahun besok buat ikut tes lagi. Penuh semangat, Uda menyuruhku besok pagi menghadap ke Kampus buat konfirmasi ulang.

Semalam suntuk berpikir keras. Tidak mungkin membantah cita-cita Uda. Dalam niat Uda, juga tertumpu harapan Amak & Abak, pula saudaraku yg lain. Apabila aku menolak untuk mendaftar ulang, maka aku mau kemana? Siapa yang akan membiayai kuliah di jurusan seni rupa? Banyak pertanyaan yg berkelabat pada otak, tak sanggup ku jawab. Dan, tak bisa merogoh keputusan yang bertentangan menggunakan impian keluarga.

Besoknya, dengan berat hati aku registrasi ulang ke kampus yang terletak di pinggir pantai,  Jl. Syeh Abdul Arief Pasir Ampalu, Kota Pariaman.

Tepat, 9 September 2002, aku resmi jadi mahasiswa Akper Pemkab Pariaman. Pertama kali menggunakan seragam, baju & celana pada dominasi rona putih. (Nurman/*)

0 comments:

Post a Comment

close
Banner iklan disini