WHAT'S NEW?
Loading...

Mengintip Peluang Ekonomi Pengembangan Wisata Medis Di Payakumbuh| Bloggout

Maknanya apa? Ternyata Rumah sakit milik pemerintah daerah propinsi tetangga nir melulu berkecimpung di sektor sosial, yang murni menangani kesehatan masyarakat, akan tetapi melebihi itu, terdapat peluang usaha & ekonomi yang akbar pada dalamnya patut diberdayakan.

Hal lain, menjadi peluang usaha berdasarkan penulis, sebagai sumber pemasukan tempat tinggal sakit sanggup melalui, memberi peluang dalam perusahaan buat menampilkan produknya pada banner digital atau space iklan yang sudah disediakan pihak tempat tinggal sakit. Insha Allah, sewa loka, telah mampu buat membayar biaya listrik tempat tinggal sakit bersangkutan. Bahkan penghasilan dari iklan mampu melebihi itu. Seperti halnya yg sudah diterapkan di bandara -bandara internasional.

Google, yahoo, twitter, facebook & situs media umum lainnya bisa penghasilan hanya berdasarkan iklan. Pemerintah baru menyadari dan akan mengenakan pajak bagi perusahaan internet super besar tadi.

Kenapa sanggup membentuk uang? Karena poly dikunjungi orang. Prinsipnya, loka keramaian adalah tempat paling efektif buat berpromosi. Semakin poly suatu produk ditemui, maka semakin populer lah produk tadi. Apabila terkenal, akan berdampak dalam omset perusahaan, logikanya demikian.

Sementara poliklinik Rumah Sakit, saban hari jua dikunjungi sang poly orang. Lalu kenapa nir bisa diterapkan? Dalam hal ini produk kesehatan niscaya tertarik buat menampilkan dagangannya. Pihak tempat tinggal sakit hanya menyeleksi produk yang akan ditampilkan sesuai menggunakan visi rumah sakit & tidak melanggar aturan yg terdapat.

Kembali membahas sisi usaha di tempat tinggal sakit. Jangan munafik, bahwa rumah sakit berorientasi pada kesehatan semata. Sebab kenapa ada sasaran pendapatan tiap tahun selalu ditingkatkan? Nah, apabila punya target pendapatan maka setiap sisi peluang bisnis yang ada di tempat tinggal sakit wajib diberdayakan. Setiap terdapat peluang bisnis, disitu juga ada pajak yang sanggup menaikkan pendapatan wilayah.

Coba anda tanya kenapa orang Indonesia bangga sekali berobat ke Malaka atau Singapura? Dan, melebih-lebihkan yang tidak semestinya. Di banding berobat pada negara sendiri.

Saat berobat di Indonesia, cendrung menggunakan kartu asuransi kesehatan yang dikelola pemerintah, sementara waktu berobat keluar negri, oknum siap menggadaikan mal, bahkan menjual tanah, mobil atau rumahnya demi menerima pelayanan kesehatan yg indah dari persepsinya. Coba tanya kenapa?

Malaysia & Singapura sukses meraup laba dari sektor kesehatan ini, bahkan Thailand pun terinspirasi membuatkan sektor kesehatan pada negaranya, dengan unggulan bedah plastik & operasi ganti kelamin, thailand mampu menyaingi korea selatan, pasien berdasarkan australia pun banyak memilih Thailand, selain murah, pula didukung oleh pariwisatanya yg dagi.

Pertanyaanya kenapa Indonesia jadi konsumen? Apakah pelayanan medis (tindakan dokter & perawat) disana lebih unggul dibanding tenaga kesehatan Indonesia? Ternyata tidak, poly sekali dokter Malaysia tamatan UNAND, mereka poly belajar ke Indonesia, & banyak sekali negara lain menggunakan jasa Perawat Indonesia, timur tengah, jepang, korea selatan, bahkan negara Kangguru. Sebagai bukti, kualitas energi kesehatan indonesia bukan abal-abal. Tapi, kenapa pelayanan kesehatan mereka unggul, poly warga Indonesia merindukan berobat ke negara tetangga?

Jawabnya simple lantaran mereka unggul di pelayanan, lebih maksimal dari pada pada Indonesia. Konon warta, sehabis melakukan proses transaksi dengan perusahaan tour dan travel, calon pasien menurut Indonesia tinggal beres, penginapan, jalan-jalan, berobat diperlakukan misalnya raja. Pasien nir lagi pontang-panting kesana-kemari. Tidak perlu bertanya dimana letak laboratorium, dimana letak apotik. Tapi, petugas menangani pasien 'manis' dari Indonesia dalam unit khusus, dilayani bagaikan 'raja', cukup tiba, duduk cantik, tunggu hasil, dan siapkan uang sebanyak-banyaknya.

Jawabannya kentara mampu. Payakumbuh wilayah potensial, perlintasan banyak sekali kota/ kabupaten & lintas propinsi. Bahkan, pada RSUD dr Adnaan WD sendiri banyak sekali melayani pasien yang kadang-kala kekurangan ruang rawat inap, saking banyaknya kunjungan. Namun, tidak bisa memaksimalkan pendapatan berdasarkan pasien 'cantik' dari sisi ekonomi.

Sementara pelayanan kesehatan swasta yang ada di Payakumbuh, banyak melayani pasien dari daerah tetangga, seperti di RSKIA Annisa dan RSKIA Sukma Bunda misalnya, pasiennya banyak dari daerah Batu sangkar, kabupaten tanah datar, Baso (Agam) dan dari kabupaten lima puluh kota. Kenapa? Karena unggul di pelayanan.

Fokus pengembangan pelayanan RSUD milik pemko payakumbuh, apakah sanggup pelayanannya bagaikan pelayanan pada rumah sakit Malaysia, singapura dan swasta? Tentunya mampu menggunakan dibuatnya regulasi, 'merajakan' pasien 'manis' daerah dan propinsi tetangga, bahkan berdasarkan luar negri.

Pandangan penulis, tidak semua pasien ingin menerima pelayanan murah, atau perdeo, juga nir ingin digabungkan menggunakan pasien lain. Ada syarat dimana pasien yang ingin dilayani misalnya 'raja' tidur diruangan senyaman hotel, tidak ingin membaur, nir mau berurusan banyak, misalnya mencari apotik, laboratorium, ruangan rongent, dll, yg dia inginkan tau beres, walaupun mengeluarkan porto poly tanpa klaim premi. Mereka tidak peduli, yg penting beliau dilayani semaksimal mungkin.

Tanpa mengesampingkan pelayanan pasien lainnya, pasien 'cantik' potensial di peruntukan bagi daerah tetangga dengan catatan menciptakan unit pelayanan khusus. Bukan VIP atau VVIP, tapi sebuah unit khusus di gedung terpisah, yg melayani pasien khusus berdasarkan wilayah/ propinsi tetangga.

Pelayanan yg dimaksud misalnya halnya pelayanan pariwisata medis, baik energi dokter & perawat, pula tenaga kesehatan penunjang lainnya spesifik melayani pasien 'anggun' ini yang tahu tentang pariwisata selain ilmu medis. Promosi bisa melalui tour & travel dan informasi lengkap paket pelayanan bisa di infokan melalui website.

Alam payakumbuh mendukung buat itu. Hanya tinggal faktor pendukung berdasarkan pengambil kebijakan, semacam menerbitkan perwako (regulasi) dan membangun fasilitas (unit khusus layaknya hotel berbintang) serta menyiapkan SDM yang ramah, mempunyai jiwa pelayan, punya kemampuan berbahasa internasional, dan mau membungkukkan badan menghormati setiap tamu medisnya.

Lambat laun, jika potensi ini telat pada baca sang pengambil kebijakan, maka pihak swasta akan merebutnya, bahkan pihak asing, sebagaimana kebijakan perekonomian Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean.

Pertanyaannya, apakah Payakumbuh siap menerima pasien 'anggun' dari wilayah tetangga atau dari luar negri atau berdasarkan ketika ke waktu hanya jadi penonton di negri sendiri?

0 comments:

Post a Comment

close
Banner iklan disini