WHAT'S NEW?
Loading...

Atonia Uteri Merupakan 'Malaikat Pencabut Nyawa' Pasca Melahirkan| Bloggout

Atonia Uteri yaitu suatu keadaan perdarahan hebat pasca melahirkan, dikarenakan otot-otot uterus (rahim) melemah dan nir sanggup berkontraksi menggunakan baik, sebagai akibatnya ujung-ujung pembuluh darah loka plasenta tertanam tidak menutup sehingga darah terus mengalir ke rongga rahim, sebagai impak nir adanya kontraksi uterus.

Bila syarat Atonia Uteri terjadi pasca melahirkan, petugas kesehatan misalnya Bidan & dokter ahli kebidanan akan kelabakan. Kasus Atonia Uteri ini termasuk emergency yg wajib ditolong segera. Biasanya, berakhir di kamar operasi apabila tindakan pengobatan dan tindakan manual seperti memijat rahim, buat merangsang kontraksi tidak berhasil atau pasang tampon tidak bisa mengatasi perdarahan.

Banyak faktor diduga menjadi pencetus atau penyebab terjadinya Atonia Uteri, diantaranya menjadi berikut:

  1. Melahirkan anak kembar;
  2. Melahirkan anak terlalu besar;
  3. Kelelahan;
  4. Proses persalinan lama, karena adanya penyulit;
  5. Lebih dari 5 kali melahirkan (grande multipara);
  6. Keadaan umum ibu yang jelek;
  7. Anemia;
  8. Ibu menderita penyakit kronis;
  9. Adanya Mioma uteri ( dapat menganggu kontraksi);
  10. Adanya Infeksi dalam rahim;
  11. Atonia Uteri berulang (ada riwayat).

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, bila therphy dengan obat-obatan tidak berhasil, atau dengan tindakan pemijatan fundus. Bahkan, ada juga dilakukan tindakan fiksasi rahim dengan benang agar lebih padat, dengan harapan perdarahan bisa berhenti dan kontraksi kembali normal. Namun, bila segala daya dan upaya itu tidak mampu merangsang kontraksi, dan menghentikan perdarahan, maka ibu pasca melahirkan dipersiapkan untuk operasi cyto (segera). Kemudian, perdarahan massive yang telah mengakibatkan hb dalam darah menurun drastis maka wajib ditambah melalui transfusi darah. Semuanya disiapkan sesegera mungkin. Kadang transfusi, berlangsung di meja bedah.

Di Kamar Operasi, dokter ahli kebidanan dan tim akan melakukan tindakan histerektomy, yaitu uterus atau rahim sebagai sumber perdarahan dipotong lalu diangkat. Artinya, si ibu tidak lagi memiliki rahim. Tindakan demikian hampir 90 berhasil mengatasi perdarahan. Namun, ada juga yang gagal. Angka keberhasilan 90 persen perkiraan penulis saja. Berkaca dari pengalaman, 10 tahun dinas di kamar operasi. Manakala kasus Atonia Uteri dengan hb di bawah 7, maka perdarahan sangat sukar diatasi dan biasanya si ibu tidak terselamatkan.

Dalam hitungan jam, si mak mampu saja mengalami anemis berat, bahkan trauma karena kekurangan cairan tubuh, meskipun telah diberi beberapa kantong darah melalui transfusi, lalu sudah dimasukan cairan infus ditangan kiri dan kanan, bahkan 3 sekaligus sampai di kaki.

Menurut dokter Suhadi selaku dokter ahli kebidanan dan kandungan di RSUD dr Adnaan WD, pernah menyampaikan pada penulis, " dalam kasus Atonia Uteri, karena perdarahan hebat, zat beku darah (trombosit) akan mengalami gangguan, sulit membeku secara alami."

Fakta demikian pun penulis lihat secara kasat mata. Pasien Atonia Uteri yg sudah diangkat rahimnya (histerektomy) masih saja mengalami perdarahan pervaginam. Padahal bekas luka sayatan sudah dijahit rapat, dan pasien tidak juga mengalami kelainan darah seperti, riwayat penyakit hemofilia.

"Hemofilia adalah penyakit yang menyebabkan tubuh kekurangan protein yang dibutuhkan dalam proses pembekuan darah bilamana terjadi perdarahan. Protein ini lazim disebut faktor pembekuan atau faktor koagulasi." (dikutip darialodokter).

Kesimpulan, kasus Atonia Uteri ini paling ditakuti oleh petugas kesehatan, terutama Bidan, dan dokter kebidanan. Karena kehadiran Atonia Uteri  pasca melahirkan bagaikan 'malaikat pencabut nyawa.' Proses berlangsung cepat, dan sangat gawat darurat yang bisa berakhir kematian.

Sesungguhnya, resiko terjadinya Atonia Uteri ini mampu dicegah menggunakan memperhatikan faktor pencetus atau penyebab yang sudah dijelaskan di atas. Jika Anda memiliki faktor pencetus, maka usahakan siaga 1, selalu kontrol kehamilan di pelayanan kesehatan. Dan, ikuti saran selama kehamilan. Demikian.(AntonWijaya)

0 comments:

Post a Comment

close
Banner iklan disini