WHAT'S NEW?
Loading...

Dolar Mengamuk, Harga Obat Melonjak, Ini Dampaknya| Bloggout

Bila tidak teratasi dengan cepat, kondisi demikian berpotensi membuat harga obat dalam negri 'melonjak' atau mengalami kenaikan. Sebab, menurut Lembaga Ilmu pengetahuan Indonesia (LIPI), negara Indonesia sekitar 95% masih mengimpor bahan baku obat.

"Bahan standar yang paling poly diimpor itu merupakan bahan baku beta laktam buat menjadi amoksilin, dan sterol untuk parasetamol, seratus % impor bahannya," celoteh peneliti menurut Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Dr. Dwi Susilaningsih, (2017).

Ungkapan Dr. Dwi Susilaningsih tersebut seakan dianggukan oleh informasi dari situs kemenperin.go.id bahwa, "nilai impor bahan baku obat diprediksi mencapai Rp 11,4 triliun pada 2012." Dan, pada tahun 2015 nilai impor bahan baku obat diperkirakan mencapai Rp 15 triliun (rmoljabar.com).

Terpisah, Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan Farmasi (GP Farmasi) Darodjatun Sanusi mengungkapkan pada bisnis.com bahwa, "industri farmasi nasional dapat mengimpor bahan baku kebutuhan obat dengan nilai mencapai US$2,5 miliar sampai dengan US$2,7 miliar setiap tahun. Angka tersebut belum termasuk nilai impor kemasan yang masuk ke dalam negeri."

Sementara, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pemasok Bahan Baku Obat (Pharma Materials Management Club) Kendrariadi Suhanda mengungkapkan secara rinci, "Indonesia ketika ini mengimpor bahan standar obat terbanyak menurut Tiongkok, India, & daerah Eropa. Tiongkok masih menjadi negara asal pemasok terbesar kebutuhan bahan standar obat Indonesia, yakni kurang lebih Rp 6,84 triliun (60%), India pada posisi kedua Rp tiga,42 triliun (30%), & Eropa Rp 1,4 triliun (10%)."

Maknanya, bila diamati data impor bahan baku obat berdasarkan tahun ke tahun berdasarkan liputan menurut banyak sekali situs kementrian terkait, juga situs media mainstream, terus terjadi peningkatan signifikan. Dan, transaksi impor bahan standar obat pastinya memakai mata uang dolar Amerika Serikat.

Jika nilai mata uang dolar terus 'mengamuk' bertahan pada angka Rp.14.000,00 - 15.000,00 dikhawatirkan butuh dana tambahan buat beli bahan standar obat. Dampaknya harga obat yg sudah dikemas juga akan 'melonjak' naik yg berpotensi memperburuk perekonomian bangsa. Pastinya, sektor kesehatan akan mengalami kemunduran, & kesejahteraan masyarakat sanggup terancam.

Sebetulnya dengan kenaikan nilai tukar dolar secara mendadak tidak terlalu mensugesti harga bahan standar impor obat. Dengan catatan rupiah balik menguat & normal pada saat dekat. Namun, solusi yg paling prioritas merupakan, bagaimana caranya Indonesia melepaskan ketergantungan bahan standar obat impor?

Oleh karena itu, pemerintah pusat sudah memikirkan buat mengatasi duduk perkara itu, melalui Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan & Kementrian Kesehatan menggunakan mempermudah investor berinvestasi di bidang farmasi. Terutama bidang produksi bahan standar obat.Bahkan, 10 tahun kedepan Indonesia pula diharapakn akan menjadi eksportir bahan standar obat.

Investor dimaksud adalah, PT Kalbe Farma Tbk dan PT Kimia Farma Tbk (KF), membangun industri bahan baku obat untuk mengikis ketergantungan impor. Total investasi yang dikucurkan dua perusahaan itu mencapai Rp 500 miliar.(kemenperin.go.id)

?Yang kami bangun merupakan bahan obat biofarmasi menggunakan dasar hayati, bukan bahan baku obat yg menurut turunan kimia,pembangunan telah dimulai dari tahun 2015,? Ungkap Sekretaris Perusahaan & Direktur Keuangan Kalbe Vidjongtius.

Senada dengan itu, sebagaimana dilansir katadata.co.id bahwa, Direktur Corporate Business Development PT Kalbe Farma Tbk Sie Djohan membeberkan," penggunaan bioteknologi dalam industri farmasi sebenarnya mudah dilakukan. Ini karena di Indonesia bahan baku untuk pengembangan bioteknologi lebih mudah didapatkan ketimbang bahan baku obat kimia."

Selain itu, pendirian pabrik bahan standar bioteknologi pula dipercaya bisa membuat devisa negara lantaran olahannya dapat diekspor. Menurut Djohan, "senantiasa Indonesia dapat melakukan penghematan sampai 90% dari total devisa yang umumnya dikeluarkan untuk impor bahan baku obat."

"Sebagai rakyat umum , kita tentu berharap kepada pemerintah buat sanggup mengatasi problem tersebut secepatnya. Sebab, dengan kondisi nilai tukar dolar yang tidak stabil. Hendaknya, Indonesia juga bisa sebagai pemain buat mendatangkan pendapatan berdasarkan sektor farmasi menggunakan cara sebagai pembuat bahan baku obat dan menjadi negara eksportir, bukan sebagai negara pengimpor," ucap Novera Akmal, selaku praktisi kesehatan pada Kota Payakumbuh, Sumbar menanggapi dilema yang sedang dihadapi negara.(Dihimpun menurut aneka macam asal/ Editor : Nurman / Foto Ilustrasi : pixabay.Com).

0 comments:

Post a Comment

close
Banner iklan disini