WHAT'S NEW?
Loading...

Media Asing Menyorot Kiprah Perawat Rachel Saat Gempa Lombok| Bloggout

Salah satu warga Irlandia dimaksud bernama Orlagh, Ia menghabiskan waktunya berlibur di Kepulauan Gili selama 1 minggu. Dia mengatakan kepada TheJournal.ie : “Saya dan teman-teman berada di luar vila di pulau terbesar kedua, Gili Air, ketika tanah mulai bergoyang pada 7 Agustus."

"Kedengarannya seperti suara gemuruh yg sangat dalam dan keras," katanya. "Hampir menggunakan segera listrik di semua pulau padam dan kami hanya bisa mendengar hantaman & benturan."

Orlagh mengaku, Ia dan sekelompok orang berlindung di pantai untuk menghindari benda-benda yang jatuh, namun nir bisa mengetahui apa yang terjadi lantaran nir terdapat akses internet pada pulau itu. Orlagh menyampaikan: "Kami nir memahami apakah tsunami akan tiba. Sebab, ketika kami berjalan ke tengah pulau, kami mendapat peringatan tsunami. ?

Akhirnya gerombolan itu menemukan sekelompok penduduk setempat & turis lain di sebuah kamp sementara di lapangan sepak bola, pada mana mereka tidur, ad interim itu gempa susulan masih berlanjut sepanjang malam. Selama mereka tinggal pada kamp, ??Mereka bertemu 2 orang Irlandia lainnya, Rachel & Tim dari Cork, yg dipuji Orlagh atas upaya mereka ketika panggilan untuk relawan dikumandangkan pemerintah setempat.

Dia mengungkapkan: ?Secara alami, selesainya mendengar aksen Irlandia kami manunggal. Rachel, merupakan seseorang perawat, adalah orang pertama yg secara sukarela membantu orang-orang yg terluka saat panggilan bantuan datang." Dan, Orlagh menyatakan, ?Rachel layak mendapat pengakuan atas kerja indah yang dia lakukan."

Keesokan harinya, grup Orlagh pulang buat mengumpulkan barang-barang mereka dari vila yang mereka tinggali sebelum menuju pelabuhan buat meninggalkan pulau itu. Namun ketika mereka datang, mereka melihat ribuan orang mencoba mengevakuasi pulau hanya menggunakan sebuah perahu.

"Orang-orang naik ke perahu yg sudah penuh & para penumpang berusaha menghentikan mereka," kenang Orlagh.

?Warga setempat khawatir mengenai tsunami apabila gempa bumi lain akan terjadi. Pulau-pulau itu benar-benar datar & hanya 2 km lebarnya sehingga tidak akan ada yg lolos dari air apabila itu terjadi. "Semua orang sangat panik,"jelas Orlagh.

Rentetan gempa ke 2 dan banyak gempa susulan menghantam, mengakibatkan lebih banyak kerusakan pada bangunan yg telah ringkih pada pulau itu. "Terlalu berbahaya buat tidur pada pada," kata Orlagh. "Kami merasa aman di pantai karena ada cahaya & beberapa puluhan orang lain tidur di sana."

Meskipun pengalaman pahit yg dia rasakan waktu berlibur ke Indonesia, Orlagh tetap memuji penduduk setempat buat bagaimana mereka membantu wisatawan terperangkap dalam kehancuran. Katanya, Tentara Indonesia (Tentara Nasional Indonesia) pula menyediakan bus ke pelabuhan lain, dimana turis terjebak gempa itu sanggup mendapatkan tumpangan ke Bali.

"Mereka sangat baik & tidak egois," tambah Orlagh. ?Satu hotel menyediakan air, makanan, dan toilet perdeo buat para turis yg tersisa di pulau itu. ?Mereka jua punya generator, & karena nir ada listrik pada pulau itu, mereka memberi cahaya di malam hari. Penduduk setempat lainnya akan mampir dan memberi kami kabar mengenai apa yg terjadi.

?Ketika kami akhirnya dievakuasi ke Lombok, tentara menyediakan transportasi, makanan & semua air yg bisa kami minta.? Orlagh merasa bahwa poly dari mereka yang begitu cepat membantu turis. "Saya menduga kami diawasi dengan sangat baik buat memastikan industri pariwisata nir menderita," ulasnya.

Menurut Orlagh , Badan Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia dan militer dan polisi negara itu dilaporkan telah memberikan bantuan kepada 350.000 orang yang telah mengungsi. "Sangat menyedihkan melihat kerusakan dan kehancuran yang harus mereka tanggung," tutupnya. (AW/ Sumber : http://www.thejournal.ie)

0 comments:

Post a Comment

close
Banner iklan disini