WHAT'S NEW?
Loading...

Ayah: Pulanglah Nak, Rendang Buatan Ibumu Menunggu| Bloggout

Medianers ~ Dibalik gagang telpon, anak lelaki sibiran tulang berkata pada Ayahnya, "maafkan Aku Ayah. Aku tidak bisa pulang kampung. Pekerjaan kantor banyak menumpuk. Aku tidak dapat izin libur lebaran," katanya. Mendengar itu, guratan wajah sedih sang Ayah tak bisa ia sembunyikan, bergumam bibirnya. Jatuh ke dalam air matanya. "Pulanglah Nak, Rendang yang dimasak khusus oleh ibumu, hanya untukmu," kata Ayah sedih.

Anak lelaki nan didambakan pulang di hari raya lebaran itu, tergagap menjawab. Ia hanya berkata, "maafkan Aku Ayah. Bilang sama ibu, mungkin tahun depan Aku bisa pulang," jawabnya. Lantas, Ayah terdiam. Seraya memandang jauh ke depan. Di balik jendela usang, ia menatap kosong,  lamunannya terdampar hingga ke ujung sawah. Masih berharap anak yang dirindukan muncul menuju rumah yang ia tempati hanya bersama istri yang telah renta di makan usia.

Sesugukan si Ayah, dia tak kuasa menunda murung . Masih membekas diingatannya bahwa, kemarin siang dia membeli seonggok daging sapi lengkap menggunakan bumbu buat dimasak, menggunakan cara membongkar celengan. Uang yg pada bawa ke pasar ternyata tak cukup. Seketika beliau pulang, dan meninggalkan istrinya sementara di kedai daging. Setelah celengan dibongkar, daging ditebus. Dan beliau bersama istri pulang naik sepeda onthel menyusuri jalan desa. Begitu benar penantiannya, akan menjamu anak lelakinya waktu tiba di rumah.

Harapan Ayah & Ibu, setelah daging sebagai rendang, akan dimakan bersama anak yang dirindukan telah usang tidak pulang berdasarkan rantau. Tapi apa daya, janji anak akan pergi di hari pertama lebaran, pupus seketika, dibatalkan lewat telpon. Sang Ayah menahan isak tangis, dia bukan lagi lelaki kuat, gagah perkasa. Kulit wajahnya tampak keriput. Mentalnya pun tak seperti dulu lagi. Akhir-akhir ini ia sering bersedih, dan menarik diri. Sementara bunda, masih berharap rendang yg telah dihidangkan dari pagi, sanggup dicicipi sang anak.

Sembari mengipas-ngipas lalat yang mulai hinggap mencuri lezatnya rendang, si Ibu terlihat risi. Hatinya seakan musnah. Dari pagi menunggu, hampir jua sore. Anak yang dinantikan tak kunjung tiba. Sementara, Ayah tak memberi tau bahwa, anaknya nir bakal pulang. Ayah nir berani mengabarkan pada Ibu akan hal itu. Ia nir ingin melihat istrinya kecewa. Ayah lari ke dapur, dia berusaha menenangkan diri. Minum segelas air putih.

Bulir air meleleh menurut liang sudut mata Ayah. Rahang bergetar, bibir bergumam. Ia tidak kuasa menunda murung & kecewa. Ia menangis tersedu-sedan. Anak yang dirindukan batal pergi ke tempat tinggal gara-gara pekerjaan anak menumpuk. Lebaran tahun ini benar-sahih terasa hampa dalam keluarganya. Ayah tak tega mengungkapkan berita tidak baik tadi dalam istrinya, yang sudah berharap banyak menurut kemarin. Hingga menyiapkan masakan terbaiknya, rendang yg lezat , kesukaan anak waktu belum merantau.

Arah jam terus berputar, Ibu terus memandang ke luar berharap anak tiba. Tapi, asa itu tak juga terkabul. Ia mulai sedih, & pergi ke teras rumah, pula tidak melihat anaknya. Ia masuk lagi ke pada tempat tinggal . Memandang sajian yg telah dingin. Air matanya jatuh ke pada. Ia tidak bertenaga menunda rasa murung . Berlalu pergi ke belakang. Ia terlihat gelisah. Tanpa kabar, anak tidak kunjung tiba. Sedangkan Ayah masih bersembunyi di dapur. Tak tau apa yg mau dikatakan dalam Istri.

Cerita ini, diadopsi dari sebuah film pendek berjudul Penantian, berdurasi 7 menit, 32 detik yang tayang di Youtube. Menceritakan sebuah kerinduan orang tua akan kehadiran sang anak di hari lebaran. Dalam film tersebut, tidak dijelaskan nama pameran, juga tidak dijelaskan siapa pembuat konten. Namun, video tersebut telah banyak diunggah di channel berbeda. Kisah ini inspiratif, bagi yang berminat silahkan tonton melalui tautan di bawah ini. Untuk mengetahui akhir dari cerita. (Nurman)

0 comments:

Post a Comment

close
Banner iklan disini