WHAT'S NEW?
Loading...

Suntik Mati Saya (Bagian 2)| Bloggout

Cerbung, Medianers ~ Diujung bangsal Kenanga, terlihat sosok pemuda bertubuh gempal melambaikan tangan. Dia adalah Sultan. Melihat itu, Anita bergegas menemui. "Ada apa, Uda. Ada yang bisa saya bantu," ujar Anita mendekati. "Iya, masih ingat Saya? Saya adalah Sultan, anak mama Hanny yang pernah dirawat disini," katanya. Sultan menambahkan, "Saya sangat membutuhkan bantuanmu. Mama Saya meminta kamu datang ke rumah. Ini alamat rumah Saya, " kata Sultan sembari memberikan secarik kertas berisikan alamat rumah.

Tanpa menyampaikan panjang lebar, Sultan meninggalkan Anita. "Saya harap engkau bisa tiba, mama sendirian di rumah," kata Sultan, sambil berlalu pergi. Mendapati hal itu, Anita tergagap. Dia belum sempat bertanya & mengetahui situasi apa yang terjadi. Lalu, Anita membaca alamat tempat tinggal yg diberikan Sultan. Jam memberitahuakn pukul 14.00 Wib. Anita berniat menemui segera, setelah pergantian shift dinas antara petugas pagi menggunakan petugas siang.

Gampang bagi Anita menemukan alamat rumah Hanny. Satpam keluar berdasarkan pagar akbar menjulang tinggi. "Ada apa buk," tanya Satpam. Kemudian Anita menceritakan bahwa ingin menemui pemilik tempat tinggal nan megah itu. Lalu, satpam mengantar sampai ke dalam. Anita pun disambut asisten rumah tangga, yg terus mengantarkan ke kamar Hanny. "Silahkan masuk," kata Hanny sesudah pintu kamar pada gedor tiga kali.

Hanny terkejut melihat Anita yg mau datang menjenguknya. "Terima kasih telah menjenguk Saya, silahkan duduk Ners," ajak Hanny. "Terima kasih pulang, bagaimana kabar ibuk," tanya Anita. "Sangat tidak baik," jawab Hanny, sambil menghela nafas pada. Terbata-bata, Hanny pulang meminta donasi seperti yg pernah dia lontarkan pada rumah sakit, " Ners. Tolong beri aku injeksi mati," pinta Hanny. Alangkah kagetnya Anita mendengar itu.

Hanny kembali berujar, "Saya sudah tamat. Saya, tidak lagi berarti. Apa yang sudah Saya miliki ini, semuanya sia-sia. Saya ingin meninggal. Tolong injeksi mangkat Saya, Ners," ucap Hanny benar-benar-sungguh. Anita berusaha menetralisir keadaan. Hanny kemudian terdiam, sehabis meluapkan perasaannya. "Sabar buk. Semua perkara ada jalan keluarnya. Tiap penyakit, pasti ada obatnya. Tergantung cara kita menghadapi segala duduk perkara. Bunuh diri bukanlah cara yang direstui tuhan," ucap Anita.

Cara suntik mati
Jarum suntik / ilustrasi by Canva.

Anita menambahkan, "bahwa kehidupan setelah mati lebih mulia berdasarkan pada yg dijalani di global. Dunia loka mencari kebaikan, dengan mengakhiri hidup pada dunia, maka manusia termasuk golongan yg merugi. Sebaiknya, berserah diri kepada oleh pencipta. Pulanglah atas perintahnya, sebagaimana yang diriwayatkan pada sebuah hadis Ibnu Abi Syaibah bahwa, aku memenuhi panggilan Mu ya Allah, sesungguhnya kehidupan hakiki adalah kehidupan pada akhirat," kata Anita memberikan nasehat.

Anita mengusap bahu Hanny nan terbaring lesu." Saya konfiden bunda sanggup melewati semua persoalan ini. Ayo kita ke rumah sakit, menyelesaikan pengobatan. Karena kehidupan sesudah ini masih panjang buat mencari ridho Allah," demikian Anita memotivasi supaya Hanny berubah pikiran. Hanny terdiam, Anita menatap erat matanya. Terlihat Hanny menyembunyikan segudang masalah. Bukan saja penyakit gula, akan tetapi sesuatu beban berat menimpa jiwanya.

Seperti sebelumnya, Hanny balik mengeluarkan air mata. Dadanya seakan sesak. Ia tampak ingin membicarakan sesuatu. Namun, tidak kuasa mengutarakannya." Silahkan bu, saya siap mendengarkan keluhan mak ," kata Anita. Hanny menghela nafas, sembari mengatakan, " Saya wanita pendosa. Saya, melupakan oleh pencipta. Saya jua mengabaikan famili selama ini. Ners, bawa saya ke rumah sakit. Katakan dalam dokter, silahkan potong kaki saya yg telah membusuk ini," ujar Hanny sembari merintih sedih. "Siap bu. Siap, kita segera ke rumah sakit," kata Anita.

Seminggu berlalu, Hanny mulai tersenyum. Diatas kursi roda ia menikmati udara pagi pada lorong bangsal. Kaki kanannya tampak buntung dibalut perban. Sultan, mendorong kursi roda mendekati Anita. "Ners, terima kasih sudah merawat mama," kata Sultan. Dia mengulas, " hari ini mama sudah dibolehkan pulang oleh dokter. Dan 3 hari lagi disuruh kontrol ke poliklinik," ulasnya. Lalu, Sultan menyodorkan tangan ingin bersalaman dengan Anita, sebagai bentuk rasa ucapan terima kasihnya.

Demikian pula Hanny, ia ingin mengungkapkan rasa simpatik, " merunduklah Ners," pintanya. Kemudian Anita merendahkan badannya, dan Hanny memeluk tubuh Anita yang sintal. Sambil berbisik, "izinkan aku menjadikan kamu sebagai menantuku, dan ajari aku menggunakan hijab dan baju gamis," harap Hanny. Anita tersipu malu, dia mengalihkan pembicaraan, "semoga luka ibu lekas sembuh, dan jangan lupa kontrol kadar gula darah," jawab Anita. Sultan seakan mendengar bisikan ibunya. Dan menoleh ke Anita. Pandangan 2 pasang mata berpapasan, saling menatap. Sehingga membuat Hanny tersenyum bahagia. (Bersambung / Nurman)

0 comments:

Post a Comment

close
Banner iklan disini